Pasca Kericuhan di Pasar Tente, Pemkab Bima Adakan Rakor

SKALAINDONESIA.com, Bima – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar rapat koordinasi (rakor) menyusul terjadinya kericuhan di Pasar Raya Tente, Kecamatan Woha.

Insiden itu dipicu kasus pelecehan seksual terhadap perempuan berinisial S (20), warga Desa Nisa, Kecamatan Woha. Pelakunya diduga merupakan seorang pendatang dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer menyampaikan, Pemkab Bima menjamin keamanan warga pendatang Sumba, NTT.

“Kami menjamin keamanan warga Sumba yang berdomisili di wilayah Woha,” kata Wakil Bupati Bima H. Dahlan H. M Noer dalam keterangannya di Bima, Jumat,

Baca Juga: Tak Nyaman, Agus Buntung Ajukan Pengalihan Status Tahanan

Menurut dia, pada rakor yang digelar di Ruang Rapat Wakil Bupati Bima, Kamis (16/1) sore, Pemkab Bima telah berkomitmen untuk melakukan penanganan cepat agar tidak berimbas.

Untuk itu, dia meminta semua pihak, termasuk camat, kepala desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat agar membuat pernyataan bersama.

Dahlan menekankan pentingnya pernyataan bersama itu untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif.

“Pasca insiden, camat, kepala desa dan tokoh masyarakat akan menindaklanjuti dengan membuat pernyataan bersama untuk membangun suasana damai dan kondusif,” ungkapnya.

Dia juga meminta Muspika dan kepala desa untuk melakukan pendekatan persuasif kepada keluarga korban pelecehan seksual guna mencegah terulangnya insiden serupa.

Dahlan menjelaskan bahwa Pasar Tente merupakan salah satu pasar terbesar di Bima. Pasar ini membutuhkan banyak tenaga kerja, yang umumnya diisi oleh warga pendatang dari Sumba.

Namun, akibat insiden tersebut, aktivitas di pasar menjadi terganggu. Karena itu, dia menghendaki pasar tersebut sedapat mungkin berfungsi kembali agar kegiatan ekonomi dapat berjalan sebagaimana biasanya.

“Setelah situasi Kamtibmas yang kondusif tercipta, warga yang saat ini ada di tempat pengungsian akan segera dikembalikan ke tempat domisili, kembali beraktivitas sebagaimana biasanya,” tegas Dahlan.

Baca Juga: Agus Buntung Jalani Sidang Perdana di PN Mataran

Seperti diberitakan, kericuhan di Pasar Tente merupakan buntut dari kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah seorang warga Sumba terhadap pengunjung pasar.

Tindakan asusila itu memicu kemarahan keluarga dan warga kampung korban. Mereka mendatangi lokasi tempat warga Sumba bermukim di sekitar Pasar Tente untuk mencari pelaku.

Karena tidak menemukan terduga pelaku, massa melampiaskan kemarahan dengan membakar dan merusak sepeda motor yang terparkir di sekitar lokasi.

Sedikitnya enam sepeda motor dibakar massa dan tiga unit lainnya dirusak. Amukan warga tersebut berhasil diredam usai pihak kepolisian dengan dukungan aparat TNI datang ke lokasi.

Namun untuk mencegah terjadinya aksi lanjutan, sebanyak 183 orang warga Sumba diungsikan ke Polsek Woha yang kemudian dipindahkan ke gedung Dinsos.

Warga yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan orangtua terpaksa dievakuasi dari Polsek karena ruang penampungan tidak memadai. (Her)

Tinggalkan Balasan