Pabrik Garam di Kabupaten Bima Rampung dan Mulai Beroperasi

SKALAINDONESIA, com, Mataram – Pabrik garam di Desa Pandai, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, telah rampung dan mulai beroperasi. Namun operasional pabrik ini masih butuh tambahan modal usaha.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi NTB, Muslim, Rabu (12/3/2025). Menurut dia, pabrik ini masih belum terlalu kompetible dalam sisi bisnis karena modalnya terbatas.

Ia pun menyarankan agar pengelolaan pabrik diserahkan ke swasta. Menurut dia, operasional pabrik tersebut bisa berjalan lebih optimal ditangan swasta, jika dibandingkan dikelola langsung oleh pemerintah.

“Kalau kita kasih swasta yang kelola, ini jalan. Kalau pemerintah yang kelola, susah,” tegasnya.

Baca juga: Sidang Perdana Hasto Kristiyanto Digelar Jumat, Pekan ini

Terkait persoalan itu, lanjutnya, Gubernur NTB akan menggelar rapat koordinasi dengan Bupati Bima dalam waktu dekat. Rapat ini akan membahas strategi optimalisasi pabrik garam serta memastikan agar operasionalnya berjalan dengan baik.

Muslim menegaskan, keberadaan pabrik ini sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Bima. Dengan kapasitas produksi mencapai 24.000 ton per tahun, pabrik ini bisa meningkatkan nilai jual garam lokal.

Selama ini, masyarakat Kabupaten Bima menyumbang 80 persen produksi garam krosok di NTB. Sekarang dengan adanya pabrikasi garam krosok menjadi garam konsumsi rumah tangga, maka nilai jual garam Bima akan semakin meningkat.

Baca juga: Wagub NTB Kunjungi Desa Ekowisata Batu Dulang di Sumbawa

Selain itu, pabrik ini juga akan membantu diversifikasi produk garam di NTB. Masyarakat kini memiliki lebih banyak pilihan, tidak hanya garam krosok, tetapi juga garam konsumsi berkualitas tinggi.

Muslim mengatakan, keberadaan pabrik ini sangat penting bagi peningkatan kualitas garam di Bima. Sebelumnya, masyarakat hanya bisa menghasilkan garam kualitas 2 dan 3 (K2, K3).

“Sekarang, dengan adanya pabrik, bisa diproduksi garam dengan kualitas pertama (K1),” ujarnya.

Untuk diketahui, pembangunan pabrik ini dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) NTB dengan anggaran sebesar Rp10 miliar.

Pabrik ini dibangun di atas lahan sekitar empat hektare, dan digadang-gadang sebagai pabrik garam terbesar di NTB.

(Wir)

Tinggalkan Balasan